Kita semua tentunya merasakan duka yang cukup dalam atas musibah gempa bumi di Lombok beberapa waktu yang lalu. Gempa dengan 7.0 skala Richter itu meluluhlantahkan Lombok dan guncangannya terasa sampai Pulau Bali. Tapi, terlepas dari dampak gempa tersebut, kamu tahu nggak bahwa kita bisa mendeteksi “bunyi” gempa?
jenis-jenis bunyi - gempa lombok
 Guncangan 7.0 skala Richter membuat bangunan di Lombok rata dengan tanah.
(sumber: kompas.com)

“Emangnya gempa ada bunyinya?”
Penyebab gempa itu kan pergerakan lempengan bumi, dan getaran pergerakan lempeng bumi itu bisa diukur dengan salah satu alat pendeteksi gempa, Seismograf. Getaran pergerakan lempeng bumi menghasilkan bunyi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia karena frekuensinya rendah.
Nah, bicara tentang frekuensi bunyi, ada beberapa jenis-jenis bunyi nih yang bisa kita pelajari. Ada apa saja? Keep scroll ya Squad!

1. Bunyi Infrasonik
Bunyi infrasonik ini merupakan bunyi yang nggak bisa didengar oleh telinga manusia. Namun, bagi beberapa hewan seperti anjing, gajah dan lumba-lumba, bunyi ini masih dapat mereka dengar. Frekuensi yang dimiliki oleh bunyi infrasonik ini kurang dari 20Hz (Heartz).
Bunyi infrasonik mampu merambat dari jarak yang sangat jauh lho Squad. Selain itu, bunyi ini mampu menembus hambatan tanpa mengurangi besaranya frekuensi yang dihasilkan. Kalau pun ada pengurangan besaran frekuensi, itu terjadi tidak terlalu signifikan. Nah, maka dari itu, getaran gempa dan aktivitas gunung berapi pun dapat diketahui. Tentunya ya menggunakan alat tadi, Seismograf.
jenis-jenis bunyi - seismograf

2. Bunyi Audiosonik
Saat kamu nonton film horor, pernah merasakan kaget nggak? Sudah filmnya seram, ditambah dengan volume suara yang besar. Itu yang bikin kaget kanNah, volume suara di bioskop itu termasuk bunyi audiosonik lho Squad. Meskipun menurut kamu volumenya sudah besar, itu masih dianggap bunyi audiosonik.
Nah, beda lagi kalau kamu melihat teman kamu sedang berbisik-bisik di depan kamu. Kamu tahu nggak apa yang diucapkan teman kamu itu? Nggak kanNah, bisik-bisik tersebut di telinga kamu nggak terdengar, artinya bukan bunyi audiosonik.
Apa sih bunyi audiosonik itu? Bunyi audiosonik ini merupakan bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia. Besar frekuensi bunyi ini ialah 20 Hz sampai 20.000 Hz.
jenis-jenis bunyi - penurunan pendengaran

3. Bunyi Ultrasonik
Jenis bunyi yang terakhir ialah bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik ini punya frekuensi lebih besar dari 20.000 Hz (20 KHz). Berhubung frekuensinya yang terlalu besar, maka telinga manusia tidak dapat menangkapnya. Tapi hewan seperti kelelawar, bisa mendengar bunyi ini lhoBunyi ultrasonik ini sulit untuk menembus hambatan dengan struktur padat/keras. Jadi, bunyi tersebut hanya bisa dipantulkan.
Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari penggunaan bunyi ultrasonik ini, khususnya di bidang kedokteran. Dalam bidang kedokteran, bunyi ultrasonik ini bisa digunakan untuk mendiagnosa janin dalam kandungan. Ya, nama lain dari proses tersebut ialah USG (ultrasonografi). Mudahnya dapat dipahami kalau USG itu teknik menampilkan gambaran dari kondisi bagian dalam tubuh. Nah, proses pengambilan gambar ini menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi.

jenis-jenis bunyi - infografik


PENGERTIAN BUNYI-1
Bagaimana bunyi bisa kita dengar adalah karena “getaran” yang dihasilkan oleh suatu benda. Misalnya, kamu membenturkan sendok besi ke tiang. Benturan tersebut akan menghasilkan getaran yang merambat melalui udara sampai akhirnya masuk ke dalam telinga kita hingga akhirnya sampai ke otak dan akhirnya kita mendapatkan “suara” yang kita dengar.
Syarat terjadinya bunyi
Ya, perlu diingat bahwa untuk dapat menghasilkan bunyi, butuh medium rambat tempat getaran tersebut lewat. Itu lah mengapa, kita tidak dapat mendengar suara ketika di ruang hampa udara.
Di dunia ini, ada beberapa macam tipe bunyi, tergantung tinggi-rendahnya frekuensi. Suara-suara yang biasa kita dengar tergolong ke dalam bunyi audiosonik. Frekuensinya berkisar di antara 20-20.000 Hz. Adapun berbagai jenis bunyi lain adalah:
jenis-jenis bunyi
Nah, jadi suara yang kita dengar akan berbeda dengan yang didengar oleh kelelawar. Karena telinga kita hanya mampu menangkap getaran yang berkisar di antara 20-20 ribu Hz. Sementara kelelawar, gelombangnya jauuuuh lebih tinggi dari itu.

Oke, sekarang kembali ke pertanyaan awal:
Kenapa suara yang kita dengar saat bicara berbeda dengan suara yang kita dengar setelah kita rekam.
Seperti yang kita sudah bahas melalui proses sebuah bunyi sampai bisa kita dengar. Hal ini juga terjadi dengan suara.
Satu hal yang perlu diketahui adalah, suara yang keluar dari mulut berasal dari pita suara—di laring. Saat orang lain mengeluarkan suara, getaran dari pita suaranya merambat lewat udara, lalu masuk ke telinga kita, menggetarakan gendang telinga dan mengantarkannya ke otak untuk diproses sebagai “suara” dia.
proses bunyi
proses merambatnya bunyi ke dalam telinga (sumber: Mental Floss via Youtube.com)

Hal ini berbeda saat kita mendengar suara sendiri.
Saat kita mengeluarkan suara, ada dua cara kita mendengar:
Satu. Cara normal seperti cara orang lain mendengar. Bagaimana getaran itu pada akhirnya diterima oleh telinga kita.
Dan, cara kedua:
Melalui sesuatu yang disebut dengan “konduksi tulang”.
Selain mengarah keluar melalui mulut, getaran yang dihasilkan oleh pita suara juga mengarah ke atas menuju tulang tengkorak. Berbeda dengan suara yang kita terima menuju telinga, tengkorak kepala kita lebih baik dalam menghantarkan frekuensi yang lebih kecil. Alhasil, suara yang kita dengar akan terasa lebih nge-bass, dalam, dan empuk dibandingkan suara kita saat direkam.
bunyi dari tengkorak
Bunyi yang didapat dari pantulan tengkorak (sumber: Bussines Insider via Youtube.com)
Ya, soalnya, kan, suara yang direkam hanya kita dengar lewat satu sumber: telinga. Rambatan gelombangnya tidak bergetar melalui tulang tengkorak. Kecuali kalau kamu telen kali, ya, alat perekamnya.

Jadi, sekarang sudah tahu, kan, kenapa suara kita terdengar lebih jelek saat kita rekam dibanding kita dengar saat bernyanyi sendirian? Eits, tapi tidak perlu minder karena beruntunglah. Selama ini teman-teman kita mendengar suara kita “versi rekam” yang menurut kamu jelek itu. Dan respon mereka? Ya, biasa-biasa saja, kan?
 
Top